Dirozpustaka.com - "Ada kurang sumantap ria dalam kultur spiritualitas kita, terutama di kalangan masyarakat urban kota. Mereka begitu dekat dengan simbol-simbol agama, namun senyatanya, bukan untuk pencarian Tuhan, melainkan ketenangan. Tuhan hanya dimaknai sebagai yang didekati untuk pencarian identitas diri dan ketenangan batin. Ini berkah atau laknat, kita hanya akan menunggu saja," kata M Abdullah Badri dalam diskusi dan bedah buku "Kritik Tanpa Solusi" bersama Komunitas Penulis el-Wahid Center, di depan Gedung Pascasarjana Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Jum'at petang, 2 November 2012.

Diskusi bertema "Intelektualitas Minus Spiritualitas" tersebut jadi gayeng setelah diulas dan dilengkapi bahasannya dengan topik spiritualitas urban. "Ada kelatahan intelektual di kalangan mahasiswa perguruan tinggi Islam yang akhirnya membuat iklim dan laku spiritual mereka dalam pandangan umum kurang memuaskan," ungkap Badri.

Diskusi dilanjutkan dengan mengulas salah satu judul esai dalam buku Kritik Tanpa Solusi, yang berkaitan dengan tema, salah satunya "Tren Pop Religi Jepara", "Reorientasi Tren Pop Dakwah Islam", dan "Dari Spiritualitas Menuju Nasionalisme". Sayangnya, diskusi yang sudah berjalan panas, harus berakhir setelah kumandang Maghrib menyapa. (MNH)